1. Kalau manusia berangsur menjadi tua, umumnya ia cenderung menetang perubahan, terutama perubahan ke arah perbaikan. (John Steinbeck)
2.Selama hidup saya yang sudah 87 tahun ini, saya telah menyaksikan serentetan revolusi teknologi. Tetapi tidak satu pun diantaranya yang tidak membutuhkan watak yang baik atau kemampuan untuk berfikir. (Bernard M. Baruch)
3.Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. (Kutipan Aristoteles)
4.Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya. (Voltaire)
5.Pendidikan yang baik tidak menjamin pembentukan watak yang baik. (Fonttenelle)
6.Setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhan utama rakyat. (Kutipan Motivasi Danton)
7.Kerendahan hati disukai orang-orang terkenal. Namun orang yang bukan apa-apa sulit untuk rendah hati. (Paul Valery)
3.Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. (Kutipan Aristoteles)
4.Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya. (Voltaire)
5.Pendidikan yang baik tidak menjamin pembentukan watak yang baik. (Fonttenelle)
6.Setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhan utama rakyat. (Kutipan Motivasi Danton)
7.Kerendahan hati disukai orang-orang terkenal. Namun orang yang bukan apa-apa sulit untuk rendah hati. (Paul Valery)
Emile Durkheim : Sosiologi Struktural
Prancis (1859-1917)
Untuk menjelaskan tentang masyarakat, Durkheim (1859-1917)
berbicara mengenai kesadaran kolektif sebagai kekuatan moral yang mengikat
individu pada suatu masyarakat. Melalui karyanya The Division of Labor in
Society (1893). Durkheim mengambil pendekatan kolektivis (solidaritas) terhadap
pemahaman yang membuat masyarakat bisa dikatakan primitif atau modern.
Solidaritas itu berbentuk nilai-nilai, adat-istiadat, dan kepercayaan yang
dianut bersama dalam ikatan kolektif. Masyarakat primitif/sederhana dipersatukan
oleh ikatan moral yang kuat, memiliki hubungan yang jalin-menjalin sehingga
dikatakan memiliki Solidaritas Mekanik. Sedangkan pada masyarakat yang
kompleks/modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun karena terikat
oleh pembagian kerja yang ruwet dan saling menggantung atau disebut memiliki
Solidaritas Organik .
Selanjutnya dalam karyanya yang lain The Role of
Sociological Method (1895), Durkheim membuktikan cara kerja yang disebut Fakta
Sosial, yaitu fakta-fakta dari luar individu yang mengontrol individu untuk
berpikir dan bertindak dan memiliki daya paksa. Ini berarti struktur-struktur
tertentu dalam masyarakat sangatlah kuat, sehingga dapat mengontrol tindakan
individu dan dapat dipelajari secara objektif, seperti halnya ilmu alam. Fakta sosial
terbagi menjadi dua bagian, material (birokrasi dan hukum) dan nonmaterial
(kultur dan lembaga sosial).
Dua tahun kemudian melalui Suicide (1897), Durkheim berusaha
membuktikan bahwa ada pengaruh antara sebab-sebab sosial (fakta sosial) dengan
pola-pola bunuh diri. Dalam karya itu disimpulkan ada 4 macam tipe bunuh diri,
yakni bunuh diri egoistik (masalah pribadi), altruistik (untuk kelompok),
anomik (ketiadaan kelompok/norma), dan fatalistik (akibat tekanan kelompok).
Berdasarkan hal itu Durkheim berpendapat bahwa faktor derajat keterikatan
manusia pada kelompoknya (integrasi sosial) sebagai faktor kunci untuk
melakukan bunuh diri.
Herbert Spencer (1820-1903) menganjurkan Teori Evolusi untuk
menjelaskan perkembangan sosial. Logika argumen ini adalah bahwa masyarakat
berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi
(beradab). Ia berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan
binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan berlalunya
generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas dapat bertahan. Dengan kata
lain “Yang layak akan bertahan hidup, sedangkan yang tak layak akhirnya punah”.
Konsep ini diistilahkan survival of the fittest. Ungkapan ini sering dikaitkan
dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena
itu teori tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan nama
Darwinisme Sosial.
Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya itu, Spencer
sangat poluler di kalangan para penguasa yang menentang reformasi. Spencer
setuju terhadap doktrin laissez-faire dengan mengatakan bahwa negara tak harus
mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif melindungi rakyat. Ia
ingin kehidupan sosial berkembang bebas tanpa kontrol eksternal. Spencer menganggap
bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilan serta kemiskinan itu juga
alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap percuma. Meski pandangan itu
banyak ditentang, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup
dalam tulisan-tulisan populer.
Georg Simmel (1858-1919) sangat terkenal karena karyanya
yang spesifik tentang tindakan dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk
interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan
masalah-masalah berskala kecil lainnya. Karya-karya Simmel ini nantinya menjadi
rujukan tokoh-tokoh sosiologi di Amerika.
Karya yang terkenal dari Simmel adalah tentang Filsafat
Uang. Simmel sebagai sosiolog cenderung bersikap menentang terhadap modernisasi
dan sering disebut bervisi pesimistik. Pandangannya sering disebut Pesimisme
Budaya. Menurut Simmel, modernisasi telah menciptakan manusia tanpa kualitas
karena manusia terjebak dalam rasionalitasnya sendiri. Sebagai contoh, begitu
teknologi industri sudah mulai canggih, maka keterampilan dan kemampuan tenaga
kerja secara individual makin kurang penting. Bisa jadi semakin modern
teknologi, maka kemampuan tenaga individu makin merosot bahkan cenderung malas.
Di sisi lain, gejala monetisasi di berbagai faktor kehidupan
telah membelenggu masyarakat terutama dalam hal pembekuan kreativitas orang,
bahkan mampu mengubah kesadaran. Mengapa? Uang secara ideal memang alat
pembayaraan, tetapi karena kekuatannya, uang menjadi sarana pembebasan manusia
atas manusia. Artinya uang sudah tidak dipahami sebagai fungsi alat, tetapi
sebagai tujuan. Kekuatan kuantitatifnya telah mampu mengukur berbagai jarak
sosial yang membentang antar individu, seperti cinta, tanggung jawab, dan
bahkan mampu membebaskan atas kewajiban dan hukuman sosial. Barang siapa
memiliki uang dialah yang memiliki kekuatan
Herbert Marcuse (1898-1979) merupakan anggota Mazhab
Frankfurt yang setengah hati. Menjadi terkenal selama tahun 1960-an karena
dukungannya terhadap gerakan radikal dan anti-kemapanan. Dia pernah dijuluki
“kakek terorisme”, merujuk pada kritiknya tentang masyarakat kapitalis, One
Dimensional Man (1964) yang berargumen bahwa kapitalisme menciptakan
kebutuhan-kebutuhan palsu, kesadaran palsu, dan budaya massa yang memperbudak
kelas pekerja.
Antonio Gramsci (1891-1937), seorang sosiolog Italia adalah
seorang pemikir kunci dalam pendefinisian ulang perdebatan mengenai kelas dan
kekuasaan. Konsepnya tentang Hegemoni menjadi diskusi tentang kompleksitas
masyarakat modern. Gramsci menyatakan bahwa kaum Borjuis berkuasa bukan karena
paksaan, melainkan juga dengan persetujuan, membentuk aliansi politik dengan
kelompok-kelompok lain dan bekerja secara ideologis untuk mendominasi
masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat berada dalam keadaan tegang
terus-menerus.
Ide mengenai hegemoni (memenangkan kekuasaan berdasarkan
persetujuan masyarakat) sangat menarik karena pada kenyataannya individu selalu
bereaksi terhadap dan mendefinisi ulang masyarakat dan kebudayaan tempat mereka
berada. Ide-ide Gramsci selanjutnya banyak berpengaruh pada studi kebudayaan
dan budaya populer.
Auguste Comte dilihat oleh banyak orang sebagai bapak sosiologi, yang percaya bahwa sifat dasar suatu organisasi sosial suatu masyarakat sangat tergantung pada pola-pola berfikir yang dominan serta gaya intelektual masyarakat itu; dalam perspektif Comte, struktur sosial sangat mencerminkan epistemology yang dominan. Sejalan dengan posisi ini, comte juga percaya bahwa begitu intelek kita bertumbuh dan pengetahuan kita kian bertambah, masyarakat itu sendiri maju (atau kemampuannya untuk maju bertambah). Pada tahun 1817 ia menjadi sekretaris Claude Henri Saint-Simon, seorang filsuf yang empat puluh tahun lebih tua dari Comte. Mereka bekerja sama selama beberapa tahun dan Comte mengakui besarnya utang pada Saint-Simon. Namun pada tahun1824 mereka bertengkar karena Comte yakin bahwa Saint-Simon ingin menghapuskan nama Comte dari daftar ucapan terima kasihnya. Kemudian Comte menulis bahwa hubungannya dengan Saint-Simon “mengerikan” sebagai “penipu hina” Pada tahun 1852, Comte berkata tentang Saint-Simon, “aku tidak berhutang apapun pada orang ini”. semasa muda Comte bergaul dengan gadis-gadis juga mendatangkan relevansi untuk memahami evolusi dalam pemikiran Comte, khususnya perubahan dalam tekanan tahap-tahap akhir kehidupannya dari positivisme ke cinta. Pada tahun 1826 Comte menderita gangguan jiwa, dan pada tahun 1827 ia pernah mencoba bunuh diri (meski gagal) dengan melemparkan dirinnya ke sungai Seine. Setelah peristiwa itu, comte berpisah dengan istrinya dan mengajar di Ecole Polytechnique. Selama kurun waktu tersebut, Comte mengerjakan enam jilid karya yang melambungkan namanya. Cours de Philosophie Positive. Dalam karya ini Comte memaparkan pandangannya bahwa sosiologis adalah ilmu tertinggi. Ia juga menyerang Ecole Polytechnique dan hasilnya adalah pada tahun 1844 pekerjaanya sebagai asisten tidak diperpanjang.tahun 1851 ia menyelesaikan empat jilid buku Systeme de Politique Positive, yang lebih bertujuan praktis, dan menawarkan rencana reorganisasi masyarakat.
Ferdinand tonnies lahir pada tahun 1855 di
Schleswig-Holstein (Jerman Timur) yang berada di Tanjung Eiderstedt, masih
dalam kedaulatan Denmark. Ia belajar di
universitas Tubingen di Husum dimana ia menjadi tertarik menjadi novelis dan
penyair. Pada tahun 1877 dia menerima gelar doctor dalam sastra klasik di
universitass Tubingen, setelah itu Tonnies beralih ke filsafat, sejarah,
biologi, psikologi, ekonomi, dan mulai mempelajari sosiologi. Empat tahun
berikutnya pada tahun 1881 dia memulai karirnya dengan menjadi dosen swasta di
Universitas Kiel, ia mengajar filsafat, ekonomi, statistic, sementara banyak
dari hasil penelitiannya ia publikasikan di media massa. Oleh karena itu enam
tahun kemudian, pada tahun 1887 ia menerbitkan buku paling terkenal mengenai
Gemeinschaft dan Gesellschaft (komunitas dan masyarakat)
Teori tonnies yang paling popular adalah teori tentang Tipe
Masyarakat menurut teori tonnies mengartikan bahwa Masyarakat bukan organisme
yang dihasilkan oleh proses-proses biologis. Juga bukan mekanisme yang terdiri
dari bagian-bagian individual yang masing-masing berdiri sendiri, sedang mereka
didorong oleh naluri-naluri spontan yang bersifat menentukan bagi manusia.
Masyarakat adalah usaha manusia untuk memelihara relasi-relasi timbal balik
yang mantap. Kemauan manusia mendasari masyarakat.
Berkenaan dengan kemauan itu, Tonnies membedakan antara
Zweekwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai tujuan dan Triebwille
yaitu dorongan batin berupa perasaan. Distingsi ini berasal dari Wilhelm Wundu.
Berbicara tentang Zweekwille, apabila orang hendak mencapai suatu tujuan
tertentu dan mengambil tindakan rasional ke arah itu.
Triebwille meliputi sejumlah langkah atau tindakan yang
tidak selalu berasal dari akal budi, melainkan dari watak, hati atau jiwa
seseorang yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan,
kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi, atau keyakinan seseorang.
Triebwille paling menonjol di kalangan petani, orang seniman, rakyat sederhana,
khususnya wanita dan generasi muda. Zweekwille lebih menonjol di kalangan
pedagang, ilmuan dan pejabat-pejabat serta generasi tua.
Distingsi ini langsung berpengaruh atas corak dan ciri
interaksi seseorang dalam kelompok atau masyarakat, sehingga kita dapat
membedakan dua tipe masyarakat. Pertama Gemeinschaft atau paguyuban adalah
bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan Triebwille. Kerjasama dan
kebersamaan tidak diadakan untuk mencapai tujuan diluar melainkan dihayati
sebagai tujuan dalam dirinya. Orangnya merasa dekat satu sama lain dan
memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang dianggap lebih penting daripada
tujuan. Spontanitas diutamakan di atas undang-undang atau keteraturan. Tonnies
menyebut sebagai contoh keluarga, lingkungan tetangga, sahabat-sahabat, serikat
pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa dll. Para anggota disemangati
dan dipersatukan dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati
dan perasaan lainnya, sehingga mereka terlibat secara psikis dalam suka duka
hidup bersama. kita boleh mengatakan bahwa mereka sehati dan sejiwa. Kata
Tonnies, bentuk umum persekutuan hidup dinamakan “Gemeinschaft “ itu keluarga.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment